marquee

::Cakra Community - Hidup lebih Indah bila Kita saling Berbagi::

Kamis, 24 Desember 2009

Surat Terbuka dari Ummu ‘Abdillah Al-Wadi’iyyah

Sepucuk surat terlayang dari negeri Yaman, dari seorang ‘alimah muhadditsah yang dikenal dengan nama Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyyah. Putri seorang muhaddits zaman ini, asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, sebagai lecutan semangat bagi para muslimah di Indonesia untuk menuntut ilmu syar’i.
Dari Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyah,
untuk saudaraku di jalan Allah Ummu Ishaq Al Atsariyah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setelah memuji Allah Subhanahu wata’ala, aku kabarkan padamu, wahai Ummu Ishaq, bahwa telah sampai padaku dua pucuk surat darimu, semoga Allah menjagamu dan aku doakan semoga Allah mencintaimu, yang Dia telah menjadikanmu cinta kepadaku karena-Nya.
Adapun mengenai permintaanmu agar aku menulis risalah kepada akhwat salafiyat di Indonesia, aku jawab bahwa aku telah menulis kitab Nashihati lin-Nisaa (Nasihatku untuk Wanita) yang sekarang sedang dicetak. Bila kitab itu telah terbit, Insya Allah akan kami kirimkan kepadamu, semoga Allah memudahkannya.

Adapun nasihatku dalam thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu agama) bagi wanita, maka aku katakan: Hendaklah wanita memulai dari perkara yang Allah wajibkan atasnya, seperti mulai dengan belajar ilmu tauhid yang merupakan pokok agama ini, karena Allah tidak akan menerima amalan apa pun dari seorang hamba jika ia tidak mentauhidkan-Nya dalam ibadah tersebut. Sebagaimana Allah berfirman dalam hadits qudsi :
“Aku paling tidak butuh kepada sekutu-sekutu dari perbuatan syirik. Siapa yang mengerjakan suatu amalan yang dalam amalan tersebut dia menyekutukan Aku dengan yang lain maka aku tinggalkan dia dan sekutunya.”
Juga mempelajari thaharah, cara bersuci dari haid, nifas dan setiap yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur/kemaluan depan dan belakang), dan mempelajari tata cara shalat, syarat-syarat dan kewajiban-kewajibannya.
Demikian pula mempelajari tata cara haji jika ia ingin menunaikan ibadah ini, dan seterusnya…
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”
Setelah itu, jika wanita tersebut termasuk orang-orang yang berkesinambungan dalam menuntut ilmu, maka hendaklah ia menghafal al-Qur’an bila memang itu mudah baginya dan juga menghafal hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, tentunya disertai pemahaman dengan memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian merujuk kitab tafsir kalau ada masalah yang berkaitan dengan Al Qur’an, seperti Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Jarir. Jika masalahnya berkaitan dengan Sunnah, maka merujuklah kepada kitab-kitab syarah dan fiqih seperti Fathul Bari, Syarhun Nawawi li Shahih Muslim, Nailul Authar, Subulus Salam, al-Muhalla oleh Ibnu Hazm.
Dan perkara yang sangat penting dan tak bisa diabaikan dalam hal ini adalah doa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena doa termasuk sebab yang menolong untuk memahami ilmu. Oleh karena itu, hendaknya seorang insan memohon kepada Allah agar menganugerahkan pemahaman kepadanya.
Jika ada para pengajar wanita (guru/ustadzah) yang mengetahui al-Qur’an dan as-Sunnah, maka berguru kepada mereka merupakan perkara yang baik, karena seorang guru akan mengarahkan penuntut ilmu (murid) dan menjelaskan kepadanya kesalahan-kesalahan yang ada. Terkadang seorang penuntut ilmu menyangka sesuatu itu haq (benar), namun dengan perantaraan seorang guru ia bisa mendapatkan penjelasan bahwa hal itu ternyata salah, sedangkan al-haq (kebenaran) itu menyelisihi apa yang ada dalam prasangkanya.
Tidak menjadi masalah bagi seorang wanita untuk belajar pada seorang syaikh, akan tetapi dengan syarat selama aman dari fitnah dan harus di belakang hijab (ada tabir pemisah), karena selamatnya hati tidak bisa ditandingi dengan sesuatu.
Jangan engkau menganggap sulit urusan menuntut ilmu karena Alhamdulillah menuntut ilmu itu mudah bagi siapa yang Allah Subhanahu wa ta’ala mudahkan, sebagaimana firman-Nya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an itu untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17)
Dan sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
Aku diutus dengan membawa agama yang hanif (lurus) dan mudah.
Akan tetapi, ingatlah bahwa ilmu itu memerlukan ketekunan dan kesungguh-sungguhan sebagaimana dikatakan : Berilah kepada ilmu semua yang ada padamu, maka ilmu itu akan memberimu sebagiannya.
Juga sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair :
Wahai saudaraku, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara.
Aku akan beritahukan kepadamu perinciannya.
Kepandaian, ketamakan (dalam mencari ilmu), kesungguhan dan memiliki bekal.
Berteman dengan guru dan masa yang panjang.”
Maksud ucapan sya’ir “bulghah” adalah sesuatu yang bisa dimakan, karena termasuk perkara yang dapat menegakkan badan adalah makanan.
Berhati-hatilah wahai saudariku –semoga Allah menjagamu– dari bersikap taklid (mengikuti tanpa ilmu) dalam masalah-masalah agama, karena sikap taklid itu adalah kebutaan. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan akal kepada manusia dan memberi nikmat dengan akal tersebut sehingga manusia unggul dengannya.
Adapun pertanyaanmu “Bagaimana caranya agar seorang wanita bisa menjadi pembahas/peneliti yang kuat (dalam ilmu din)?” Maka jawabnya –semoga Allah menjagamu- : Masalah-masalah ilmu itu beragam dan sungguh Allah Subhanahu wa ta’ala telah mendatangkan untuk agamanya ini orang-orang yang berkhidmat padanya. Maka mereka memberikan setiap macam ilmu itu haknya, sebagai permisalan:
Jika suatu masalah itu berkaitan dengan hadits, maka hendaknya engkau merujuk kepada kitab-kitab takhrij seperti kitab Nashbur Rayah oleh az-Zaila’i, at-Talkhishul Habir oleh Ibnu Hajar al-‘Atsqalani dan kitab-kitabnya Syaikh al-Albani hafidhahullah yang padanya ada takhrij seperti Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah dan Silsilah al-Ahadits ad-Dha’ifah.
Jika masalahnya berkaitan dengan fiqih, maka hendaklah engkau merujuk kepada kitab-kitab yang memang ditulis untuk membahas fiqih, seperti kitab-kitab yang telah aku sebutkan sebelum ini, demikian seterusnya….
Saudariku, semoga Allah menjaga dan memeliharamu…
Sanjunglah Allah ‘Azza wa Jalla karena Dia telah menjadikanmu mengenal bahasa Arab. Aku katakan kepadamu bahwa bahasa Arab saat ini telah banyak mengalami penyimpangan (pembelokan dari bahasa Arab yang fasih) dan telah masuk pada bahasa ini kebengkokan yang memalingkan dari kefasihan. Akan tetapi, masih ada kitab-kitab bahasa Arab yang bisa engkau pelajari dan engkau baca serta engkau pergunakan agar lisan menjadi lurus (fasih dalam berbahasa Arab). Kitab-kitab yang dimaksud adalah kitab-kitab nahwu. Bagi pelajar pemula hendaknya mulai dengan mempelajari kitab Tuhfatus Saniyah, setelah itu kitab Mutammimah al-Ajurumiyah, lalu kitab Qatrun Nada dan Syarhu ibnu ‘Aqil. Dan sepertinya kitab-kitab ini sudah mencukupi bagi penuntut ilmu yang ingin mempelajari ilmu nahwu.
Demikianlah wahai saudariku, jangan lupa untuk menyertakan aku dalam doa kebaikanmu karena doa seseorang untuk saudaranya yang muslim yang jauh dari dirinya itu mustajab (diterima Allah Subhanahu wa ta’ala).
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Ditulis oleh saudarimu fillah
Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyah
Sabtu, 20 Ramadlan 1418 H
(Diterjemahkan oleh Ummu Ishaq Zulfa Husein dari surat aslinya)

Rabu, 23 Desember 2009

PILKATE (Pemilihan Ketua RT)

Selasa malam (22/12) tepatnya pukul 21.45 wib, telah selesai pemungutan suara pemilihan ketua RT di kampung kami, Kranggan, Yosodipuran Rt. 03/III, Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon.

Dari beberapa kandidat yang diajukan yaitu : mantan Ketua RT yang dicalonkan kembali, Bp. Ma'ruf Budianto, Bp. Suparman, Bp. Pujiono (Pongdhe), Bp. Sukidi, Bp. Mulyono, dan Bp. Sugiyono (Gonot). Dari 78 pemilih, perolehan suara didominasi oleh Bp. Ma'ruf Budianto yaitu 53 suara, untuk Bp. Suparman 5 suara, Bp. Pujiono (Pongdhe) 6 suara, Bp. Sukidi 7 suara, Bp. Mulyono 2 suara dan untuk Bp. Sugiyono (Gonot) mendapat 3 suara.

Ini adalah pesta demokrasi yang luar biasa pada tingkat bawah, masing-masing warga memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Walapun menurut peraturan pemerintah hanya boleh menjabat dalam 2 periode saja, karena ini merupakan pilihan warga, saya terima amanah ini. kata Bp. Ma'ruf yang sudah 2 periode diberi amanah sebagai ketua RT di kampung ini.
Selanjutnya diadakan pemilihan pembantu-pembantu Ketua RT dalam melakukan tugas-tugasnya, yang ditunjuk langsung oleh yang terpilih. Untuk Sekretaris yaitu Bp. Lasiyo, dan Bendahara tetap dijabat oleh Bp. Heru Prasetyo.
Setiap manusia adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Kata Bp. Ma'ruf dalam penutup sambutannya.
Akhirnya Rapat Pemilihan Ketua (PILKATE)pun ditutup sekitar pukul 22.05 wib

Demikian sebuah moment demokrasi telah berlangsung dengan lancar dan aman di kampung kami. Sebuah contoh kecil di mana hak dan kewajiban sebagai warga sangat dihargai yaitu hak untuk memlilih dan dipilih dan kewajiban untuk memilih pemimpin yang mengusung amanat warga

Reported by :
Agus "Zulla"

Selasa, 22 Desember 2009

Ibuku Sayang

Sosok yang selalu terlihat tegar, saat mengarungi kehidupan.
Sosok yang selalu berusaha untuk membahagiakan keluarga dan anak-anaknya.
itulah Ibuku...

Saat kupandangi wajahnya yang terlihat lelah, tak terasa air mata ini jatuh, sampai kapan aku akan bersama dengannya, merasakan kasihsayang dan perhatiannya? tanyaku dalam hati.
Berusaha membuat semua keluarga bahagia, walau kaki sudah terasa berat untuk melangkah. Tapi dengan niat tulusmu tak menghalangimu untuk tetap melangkah.
Pagi...siang...malam... mungkin tak ada batasan waktu untukmu mengabdi pada keluarga, memberi kehangatan pada anak-anakmu, mencoba untuk menggapai harapan, harapan untuk melihat semua bahagia.
Kadang aku berpikir, Apakah aku bisa membalas semua itu??? Walaupun ribuan gunung emas takkan mampu menggantikan apa yang telah diberikan olehmu Ibu.

Betapa besar jasa seorang ibu, bahkan penghargaan apapun takkan bisa menggambarkannya. Berapa banyak orang-orang besar, berkedudukan setinggi apapun lahir dari rahim seorang ibu.

Tulisan ku tulis hanya untukmu Ibu...
Aku sayang kamu...
SELAMAT HARI IBU, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kebahagiaan kepadamu di dunia dan di akhirat. amin.

Ada sebuah cerita yang mungkin setelah Kamu membacanya, Kamu tahu betapa besar pengorbanan Ibu.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan piringku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak ngantuk” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun dan beristirahat. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada uang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM

Setelah lulus dan mendapatkan ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal di negeri orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba kita renungkan, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Refensi :
www.andriewongso.com/awartikel-696-Artikel_Anda-Ibu,_Aku_Mencintaimu

Sabtu, 19 Desember 2009

Do the best.....

Saling mengingatkan, saling berbagi dan berusaha untuk lebih baik...
Mungkin itulah gambaran persahabatan muda-mudi di Kampung Kranggan ini...

Saling mengingatkan apabila salah satu dari kami berbuat kesalahan, setidaknya dengan lisan dan perkataan yang baik.

Saling berbagi apabila salah satu dari kami membutuhkan sesuatu, entah itu materi, motivasi dan lainnya. Tentunya dengan kemampuan masing-masing personal.

Berusaha untuk lebih baik, yaitu satu sama lainnya saling memberi nasehat, motivasi dan dukungan dengan harapan agar bisa menjadi lebih baik.
”Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang-orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dialah orang yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih jelek daripada hari kemarin, dialah orang-orang yang celaka.”

Berawal dari seringnya berkumpul bersama sekedar untuk sharing, bercanda, bertukar pikiran, yang pastinya diselingi dengan kelakar dan canda tawa. Janjian untuk main bareng, touring ke tempat wisata membuat kami lebih bisa memahami watak dan sifat satu sama lainnya.
Dari situ, maka terbentuklah CAKRA yang berasal dari singkatan CAh KRAnggan, karena memang kami bertempat tinggak di Kampung Kranggan. Kampung yang terletak di daerah Solo, tepatnya di Kedunglumbu, Pasarkliwon. Jadi CAKRA adalah perkumpulan muda-mudi (non-formal sich...) di Kampung Kranggan.
Pada awalnya nama CAKRA adalah nama tim sepak bola kami dan saat ini beralih ke olahraga yang lagi booming yaitu futsal. Nah ... karena saking familiarnya nama tersebut di telinga kami, kami pun sering menyebut dengan dengan CAKRA alias Cah Kranggan alias Anak-anak Kampung Kranggan, sampai asesoris yang kami buat misalnya kaos, sticker dan bahkan grup di situs jejaring sosial yang saat ini lagi ngetrend.

Tapi masa-masa itu kini sudah mulai berkurang seiring banyaknya kegiatan dari masing-masing individu, malah ada yang bekerja di luar kota, misalnya di Jakarta, Bandung, Jogja. Akan tetapi, meskipun kami dipisahkan oleh ruang dan waktu silaturrahim kami tidak putus, entah itu dengan sms, telpon atau bahkan di facebook.

Nah... temen-temen itulah sekelumit cerita tentang Cakra Community, jadi buat sahabat semua mohon saran dan kritiknya agar kami tetap solid dan tetap bisa saling mengingatkan, saling berbagi dan berusaha untuk lebih baik.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...